Minggu, 12 Maret 2017

Cepatlah Menikah, Nak!



Oleh: @Ean_Lullaby

sumber : google

Di saat semua kewajiban telah terpenuhi oleh seorang anak, sudah dewasa, sudah selesai menempuh pendidikan, sudah bekerja, maka hal yang akan diminta oleh seorang orang tua adalah menikah. Apalagi jika anak tersebut adalah seorang perempuan. Budaya kita masih menganggap bahwa ‘tidak bagus’ anak perempuan jika menikah terlalu lama. Beda halnya dengan seorang lelaki, mungkin masih bisa bernapas lega sedikit jika digupuhi menikah. Nah, kalo yang digupuhi seperti aku jawabnya harus bagaimana dong?

Sekarang aku mengerti betul bagaimana rasanya jadi saudaraku yang beberapa tahun lalu juga didesak oleh keluarganya untuk cepat-cepat menikah. Hiks :( miris itu terjadi di aku sekarang, padahal umurku masih 22tahun. Sebenarnya bimbang juga kalo harus mikir, karena aku masih bisa bahagia sendirian (?) #eh. Maksudnya, aku tuh masih sangat childish, dengan membaca komik, lihat anime, baca novel, dengerin lagu, nonton K-Drama, streaming film, download konser, dan pantengin gosip-gosip artis Hollywood aja aku masih bisa seneng. Masih banyak yang pengen aku capai, masih banyak yang pengen dilakuin sendiri. Tapi bingung juga kalo melihat keinginan hati, aku pengennya menikah muda biar anakku dewasa aku belum tua :p #eh. Keinginan itu udah tercetus sejak aku SMP loh. Tapi gimana dong, takdir Allah berbeda dengan keinginan hati kita. 
Kalo yang tiap hari riewuh itu ibu sih aku masih bisa tolerir, biasa lah ibu-ibu kan emang gitu. Tapi ternyata kalo yang meminta untuk segera menikah itu adalah wali kita gimana? Oh my bokaps :( jadi kepikiran akuuuuu T_T. Bapak aku bukanlah tipe seorang bapak yang mudah untuk diajak ngomong ‘aku dengan lawan jenis’. Selama hidup aku nggak pernah tuh ditanya tentang aku dekat sama siapa, pacarku siapa, aku cocok sama si ini, eh tiba-tiba aja si bokap masuk kamar waktu aku lagi lihat si Oppa Lee Min Ho dan tiba-tiba bilang, “Anak bapak semakin tua, bapak juga semakin tua, kapan anak bapak menikah dan bapak punya cucu?” -____- alamak! Syedih hati akyu :(
Aku jadi kepikiran, sungguh kepikiran :( saking setiap harinya dibilangin gitu aku sampe mikir apa aku mau aja mereka cari jodoh buat aku? Padahal aku adalah orang yang amat sangat menentang perjodohan. Menikah kan harus dari hati *ketip-ketip manja*. Tapi gimana dong, aku bingung sampe ubanan :(. Waktu aku lagi nulis juga tiba-tiba ibu di samping aku yang lagi motong cabe-cabean lagi-lagi bilang, “siap-siaplah, kamu sudah waktunya menikah!”. Allaaaahhhhhh, aku bisa tress kalo kayak gini terus *jambak rambut*.
Aku juga tahu kalo aku sudah pas waktunya untuk menikah, tapi gimana kalo aku belum nemu yang klik dengan hatiku. Yang terpenting adalah bagaimana hati kita kan? Hati tidak akan berbohong siapa yang baik untuk dirinya. Semakin aku mengerti arti kehidupan, semakin aku mengerti apa yang aku cari. Bagiku, ketampanan, nasab yang baik, kaya, dan harga diri yang terhormat adalah hadiah dari Allah, tapi Iman dari seorang Imam adalah penting. Aku tidak mencari seorang dengan iman yang taat karena aku juga bukan yang sholehah, aku hanya ingin mencari seorang yang mau untuk diajak semakin menjadi lebih baik. Aku juga tidak mencari seorang yang pandai, karena percayalah aku tidak sepandai itu hanya saja ingin mendapatkan seseorang yang mau untuk belajar~ belajar bersama-sama. Terkadang aku adalah seseorang yang ingin tahu, sedikit kepo, tentang apapun hal itu, hingga terkadang aku takut dikata menyaingi lelaki hanya karena aku haus keingintahuan. *pengalaman* :( aku tidak mau diperlakukan seperti itu oleh partner hidupku. Intinya, ingin mendapatkan seseorang yang mau diajak untuk berjuang bersama-sama dalam menjalani kehidupan, dunia maupun akhirat. Diberi kehidupan yang layak mungkin akan membahagiakan, tapi percayalah berjuang bersama-sama akan jauh lebih nikmat :’). 
Pernikahan adalah ikatan seumur hidup yang tidak bisa dilepaskan, bahkan ikatan tersebut juga berlaku dalam akhirat nanti. Perjanjian dengan Allah tentang teman hidup dan mati kita. Bukanlah main-main jika kita memilih siapa itu yang akan kita ikat dalam hubungan tersebut. Oleh karena itu, ikatlah dia dengan iman yang ada dalam hatimu, bukan dengan siapa dia karena jika kita bosan kita akan mengingat Allah tanpa harus membuangnya. Itu adalah alasan jikalau aku harus menerima lelaki yang menjadi ‘temanku’ nanti. Tapi masalahnya, siapaaaa ? :( Allah.. bye~ *tutup laptop* 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar