Oleh: @Ean_Lullaby
sumber : google
Di saat semua kewajiban telah terpenuhi oleh seorang anak, sudah dewasa, sudah selesai menempuh pendidikan, sudah bekerja, maka hal yang akan diminta oleh seorang orang tua adalah menikah. Apalagi jika anak tersebut adalah seorang perempuan. Budaya kita masih menganggap bahwa ‘tidak bagus’ anak perempuan jika menikah terlalu lama. Beda halnya dengan seorang lelaki, mungkin masih bisa bernapas lega sedikit jika digupuhi menikah. Nah, kalo yang digupuhi seperti aku jawabnya harus bagaimana dong?
Sekarang aku mengerti betul bagaimana rasanya jadi saudaraku yang
beberapa tahun lalu juga didesak oleh keluarganya untuk cepat-cepat menikah.
Hiks :( miris itu terjadi di aku sekarang, padahal umurku masih 22tahun.
Sebenarnya bimbang juga kalo harus mikir, karena aku masih bisa bahagia
sendirian (?) #eh. Maksudnya, aku tuh masih sangat childish, dengan membaca
komik, lihat anime, baca novel, dengerin lagu, nonton K-Drama, streaming film,
download konser, dan pantengin gosip-gosip artis Hollywood aja aku masih bisa
seneng. Masih banyak yang pengen aku capai, masih banyak yang pengen dilakuin
sendiri. Tapi bingung juga kalo melihat keinginan hati, aku pengennya menikah
muda biar anakku dewasa aku belum tua :p #eh. Keinginan itu udah tercetus sejak
aku SMP loh. Tapi gimana dong, takdir Allah berbeda dengan keinginan hati kita.
Kalo yang tiap hari riewuh itu ibu sih aku masih bisa
tolerir, biasa lah ibu-ibu kan emang gitu. Tapi ternyata kalo yang meminta
untuk segera menikah itu adalah wali kita gimana? Oh my bokaps :( jadi
kepikiran akuuuuu T_T. Bapak aku bukanlah tipe seorang bapak yang mudah untuk
diajak ngomong ‘aku dengan lawan jenis’. Selama hidup aku nggak pernah tuh
ditanya tentang aku dekat sama siapa, pacarku siapa, aku cocok sama si ini, eh
tiba-tiba aja si bokap masuk kamar waktu aku lagi lihat si Oppa Lee Min Ho dan
tiba-tiba bilang, “Anak bapak semakin tua, bapak juga semakin tua, kapan anak
bapak menikah dan bapak punya cucu?” -____- alamak! Syedih hati akyu :(
Aku jadi kepikiran, sungguh kepikiran :( saking setiap harinya
dibilangin gitu aku sampe mikir apa aku mau aja mereka cari jodoh buat aku?
Padahal aku adalah orang yang amat sangat menentang perjodohan. Menikah kan
harus dari hati *ketip-ketip manja*. Tapi gimana dong, aku bingung sampe ubanan
:(. Waktu aku lagi nulis juga tiba-tiba ibu di samping aku yang lagi motong
cabe-cabean lagi-lagi bilang, “siap-siaplah, kamu sudah waktunya menikah!”.
Allaaaahhhhhh, aku bisa tress kalo kayak gini terus *jambak rambut*.
Aku juga tahu kalo aku sudah pas waktunya untuk menikah, tapi
gimana kalo aku belum nemu yang klik dengan hatiku. Yang terpenting adalah
bagaimana hati kita kan? Hati tidak akan berbohong siapa yang baik untuk
dirinya. Semakin aku mengerti arti kehidupan, semakin aku mengerti apa yang aku
cari. Bagiku, ketampanan, nasab yang baik, kaya, dan harga diri yang terhormat
adalah hadiah dari Allah, tapi Iman dari seorang Imam adalah penting. Aku tidak
mencari seorang dengan iman yang taat karena aku juga bukan yang sholehah, aku
hanya ingin mencari seorang yang mau untuk diajak semakin menjadi lebih baik. Aku
juga tidak mencari seorang yang pandai, karena percayalah aku tidak sepandai
itu hanya saja ingin mendapatkan seseorang yang mau untuk belajar~ belajar
bersama-sama. Terkadang aku adalah seseorang yang ingin tahu, sedikit kepo,
tentang apapun hal itu, hingga terkadang aku takut dikata menyaingi lelaki
hanya karena aku haus keingintahuan. *pengalaman* :( aku tidak mau diperlakukan
seperti itu oleh partner hidupku. Intinya, ingin mendapatkan seseorang yang mau
diajak untuk berjuang bersama-sama dalam menjalani kehidupan, dunia maupun
akhirat. Diberi kehidupan yang layak mungkin akan membahagiakan, tapi
percayalah berjuang bersama-sama akan jauh lebih nikmat :’).
Pernikahan adalah ikatan seumur hidup yang tidak bisa dilepaskan,
bahkan ikatan tersebut juga berlaku dalam akhirat nanti. Perjanjian dengan
Allah tentang teman hidup dan mati kita. Bukanlah main-main jika kita memilih
siapa itu yang akan kita ikat dalam hubungan tersebut. Oleh karena itu, ikatlah
dia dengan iman yang ada dalam hatimu, bukan dengan siapa dia karena jika kita
bosan kita akan mengingat Allah tanpa harus membuangnya. Itu adalah alasan
jikalau aku harus menerima lelaki yang menjadi ‘temanku’ nanti. Tapi masalahnya,
siapaaaa ? :( Allah.. bye~ *tutup laptop*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar